Jum'at, 11 Maret 2011 Kota Chiba, Jepang Saat itu saya sedang bekerja seperti hari-hari biasa di perusahaan tempat saya magang. Memang beberapa minggu terakhir sering terjadi gempa hampir setiap hari dengan kekuatan 4-5SR. Mungkin karena sudah terbiasa saya tidak begitu khawatir. Tapi gempa yang terjadi pada hari jum'at benar-benar gempa yang sangat dahsyat yang saya alami seumur hidup. Saat itu saya sedang mengoperasikan sebuah mesin frais, tiba-tiba gempa dengan kekuatan sedang terasa dan saya beserta semua karyawan pun berhamburan keluar demi keselamatan. Akan tetapi selang beberapa detik kembali terjadi gempa susulan dengan kekuatan kira-kira 7-8SR. Saya kaget dan orang jepang pun langsung berbicara "Sepertinya akkan terjadi tsunami". Serentak kami pun pergi ke ruang istirahat dan menyalakan TV, dan ternyata gempa tadi menimbulkan tsunami di perairan Miyagi Perfecture dengan ketinggian ombak mencapai 20meter lebih. Saat itupun HP tidak bisa digunakan. selang beberapa menit, teman saya yang sedang istirahat di apartemen datang ke pabrik dan menyuruh saya serta teman saya yang lain untuk pulang ke apartemen karena ke adaan nya berantakan. Setelah sampai di apartemen saya melihat keadaan apartemen berantakan. makanan yang ada di dalam kulkas pun berhamburan di lantai, kamar pun berantakan, dan piring pun banyak yang jatuh kelantai. Selang beberapa menit terjadi gempa susulan kembali dan kami pun lari keluar demi keselamatan. Setelah di luarpun terjadi 2-3x gempa dengan kekuatan yang sama. Saya melihat rumah-rumah disekitar goyang seperti akan rubuh dan juga terdengar suara kaca-kaca rumah yang seperti akan pecah. Saya sempat berpikiran kagum terhadap orang jepang karena membangun rumah dengan sangat teliti dan memperhitungkan bahaya. Dengan goncangan sehebat itupun rumah-rumah disekitar tidak ada satupun yang roboh maupun kacanya yang pecah.
Setelah reda saya pun melapor ke perusahaan dan akhirnya semua karyawan dipulangkan. Saya dan teman beres-beres apartemen dengan keadaan gempa susulan yang sering terjadi. Tapi dari penglaman ini saya mengambil pelajaran tentang keselamatan gempa. Salah satunya yaitu membiarkan pintu keluar terbuka dan menutup saluran gas serta mematikan aliran listrik. Dengan kondisi tersebut saya dan teman-teman hidup dalam keadaan yang mencekam. Selang beberapa hari saya membuka internet dan mendapat kabar kalau teman saya yang bkerja di salah satu peternakan di daerah pesisir Miyagi belum ada kabar, dan daerah nya pun sangat dekat sekali dengan pusat gempa. Setiap hari, siang dan malam saya menyalakan televisi dan melihat berita sambil mencari informasi di internet apakah teman saya selamat dan ada di pengungsian atau tidak, mengingat orang tua mereka terus bertanya bagaimana nasib anak-anak mereka. setelah satu minggu berlalu masih belum ada kabar tentang keberadaan posisi mereka dan orang tua mereka pun pasrah hanya bisa berharap jasad anak mereka dapat ditemukan. Setelah dua minggu akhirnya saya mendapat kabar bahwa teman-teman saya akhirnya dapat ditemukan dengan kondisi selamat dan di ungsikan ke Kedubes RI di Tokyo.
Akhirnya saya bisa bernafas lega, dan saya pun mendengar cerita dari mereka kenapa mereka tidak bisa ditemukan selama 2 minggu, dan ternyata mereka tinggal di dataran tinggi dan kota yang berada di bawah mereka rata tersapu badai tsunami. Mereka pun tidak berani untuk turun ke kota dan menunggu d tempat mereka berada dengan kondisi tidak ada air untuk mandi, air minum dan makan yang secukupnya, bahkan tidak ada listrik sama sekali. Padahal mereka berteriak dan melambaikan tangan pada saat helikopter pencari korban melintas di atas mereka. Saya mengambil pelajaran dari musibah ini. Allah maha pelindung hambanya yang selalu berdoa kepadanya dan dengan keikhlasan dan kesabaran hati mereka akhirnya mereka bisa ditemukan dengan keadaan selamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar